Masnu'ah atau biasa disapa Ibu Nu' patut kita jadikan inspirasi. Peranannya dalam memberdayakan perempuan telah membantu banyak per...
Masnu'ah atau biasa disapa Ibu Nu' patut kita jadikan inspirasi. Peranannya dalam memberdayakan perempuan telah membantu banyak perempuan dan keluarganya di lingkungannya menjadi lebih berdaya dan sejahtera. Pada pameran UMKM mandiri bulan lalu yang dilaksanakan di halaman parkir Swalayan Aneka Jaya saya beruntung bisa berbincang-bincang dengan beliau. Dari jawaban yang beliau sampaikan ketika saya sebutkan apa yang sudah saya baca dan saksikan di media tentang kisah beliau berbagai media, menunjukkan bahwa beliau sosok yang sederhana, berkarya tanpa pamrih.
Ibu Masnu'ah bersama Fathoni Pendiri Komunitas Facebook Warga Demak dalam Pameran UMKM Mandiri |
Bagaimana kisah beliau yang menginspirasi itu? Agaknya saya tidak perlu menggali kisah tentang beliau, cukup saya cantumkan apa yang telah media tulis dan tayangkan tentang sosok masnu'ah. Berikut adalah liputannya:
Masnu'ah, Istri Nelayan Sukses Mengelola Koperasi
Masnuah termasuk istri nelayan yang kreatif. Ia mampu menggerakkan istri-istri nelayan lainnya mendirikan koperasi beras dengaan bendera Puspita Bahari. Bahkan, kini koperasi tersebut berkembang pesat dengan memproduksi kerupuk, abon, dan keripik dari ikan. Seperti apa?
-------
SUDAH bukan rahasia lagi jika kehidupan di kampung nelayan jauh dari sebutan mewah. Apalagi ketika terbentur musim sepi tangkapan yang selalu terjadi hampir 6 bulan setiap tahun. Melihat penghasilan yang tidak menentu, Masnuah, salah seorang istri dari nelayan di Bonang, Demak, memilih ubet untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan menggandeng istri-istri nelayan, ia membuka koperasi beras Puspita Bahari. Koperasi tersebut didirikan pada akhir Desember 2005. Tujuannya, untuk meningkatkan kesejahteraan para nelayan.
Masnuah mengaku, merintis koperasi tersebut dengan modal awal Rp 1 juta. Uang tersebut hasil patungan para anggota. Selanjutnya uang itu dipakai untuk kulakan beras. ”Karena mampunya cuma segitu. Karena atas nama koperasi dan mementingkan kekeluargaan, kami jualan beras hanya mengambil keuntungan Rp 200 per kilonya. Sekarang, setahun bisa mendapatkan untung sekitar Rp 2 juta,” paparnya kepada Jawa Pos Radar Semarang, beberapa waktu lalu.
Dia bercerita, keuangan koperasi sempat kocar-kacir di pertengahan 2006. Waktu itu, kondisi nelayan sedang kesulitan tangkapan ikan. Musim paceklik itu membuat sebagian besar nelayan mengalami kredit macet.
Tak mau rugi, Masnuah kembali memutar otak. Dia mencari solusi bagaimana caranya agar mereka bisa membayar utang-utang beras tanpa penekanan. Akhirnya, mulai 2007, Masnuah mencari pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang bersedia memberikan pelatihan agar ibu-ibu nelayan di kampungnya mendapat penghasilan tambahan. Pelatihan yang berlanjut selama dua tahun itu terhitung sukses. Buktinya, warga di kampung nelayan itu sudah ahli membuat getuk lindri, es krim, mi basah, dan tepung ikan.
”Memang kesuksesan itu sulit diraih. Produk makanan buatan para istri nelayan tidak laku dijual lantaran harganya dirasa mahal. Mereka lebih memilih yang harganya murah, tapi isinya banyak. Makanan higienis bukan pilihan warga,” tuturnya.
Masnuah pun kembali mencari ide segar. Dia ingin menciptakan produk dengan bahan dasar yang mudah didapat untuk memangkas ongkos produksi agar harga jualnya murah. Pemikiran itu melahirkan kerupuk, abon, dan keripik dari ikan
Kerupuk tersebut mampu menjebol pasar hingga di beberapa kantor pemerintahan, toko-toko, sampai warung-warung. Produksi Puspita Bahari itu juga dipasarkan ke Semarang. ”Sayang, produksi itu lagi-lagi terhambat karena jika sepi tangkapan, produk ini akan mengalami kesulitan bahan baku,” ucapnya.
Tak berhenti pada usaha pengolahan ikan, Puspita Bahari terjun mengelola sampah, memisahkan sampah organik dan non-organik, untuk mengurangi kekumuhan desa nelayan.
Kegigihan Masnuah menggiring Puspita Bahari mendapat penghargaan Kusala Swadaya pada Oktober 2011 sebagai kelompok perempuan nelayan yang berhasil mengatasi kekumuhan di perkampungan nelayan.
Kini, dia dipilih sebagai Sekjen dan Koordinator Persaudaraan Perempuan Nelayan Indonesia (PPNI) Jateng yang membawahi 14 kota dan 9 provinsi. ”Dari PPNI, saya jadi tahu, sebenarnya banyak kebijakan dan informasi-informasi penting dari pemerintah yang tidak sampai di telinga nelayan kecil. Entah apa penyebabnya, yang pasti itu merugikan para nelayan di kampung,” tutupnya.
Sumber: Jawa Pos Radar Semarang Rabu 3 Juni 2015
------------------------------------
Masnu'ah Dalam Acara Tupperware She Can yang berisi kiprah beliau dalam memberdayakan perempuan lewat koperasi puspita bahari ditayangkan oleh stasiun swasta nasional:
Masnu'ah dalam acara Serunai-Serunai Pesisir yang mengungkap sisi kehidupan nelayan di Moro Demak yang ditayangkan oleh stasiun TV nasional :
Masnu'ah Dalam Acara Kick Andy yang ditayangkan oleh stasiun swasta nasional:
KOMENTAR