SA’ADATUL Auliya termasuk gadis mandiri. Dara kelahiran Demak, 22 Oktober 1994 ini bukan tipe cewek manja. Staf Administrasi di Kantor Cab...
SA’ADATUL Auliya termasuk gadis mandiri. Dara kelahiran Demak, 22 Oktober 1994 ini bukan tipe cewek manja. Staf Administrasi di Kantor Cabang Advokat dan Konsultan Hukum Hadi Prayitno and Patners Semarang ini selalu membiasakan diri berpikir dan bertindak mandiri dalam segala situasi.
Menurut mantan Ketua OSIS SMP Islam Al Amin Bonang Demak ini, mengandalkan diri sendiri bisa membawa kebaikan bagi hidupnya, ketimbang tergantung orang lain. ”Bagiku kemandirian bukan soal menghasilkan uang sendiri dan tidak lagi minta orang tua. Mandiri adalah ketika aku punya kuasa untuk menentukan apa yang akan terjadi dalam kehidupanku,” ungkap gadis yang pernah meraih juara III lomba Tari Merak tingkat Kabupaten Demak ini kepada Jawa Pos Radar Semarang.
Mantan anggota Bantara dan Paskibraka SMK Negeri 2 Demak ini mengatakan, ketika dirinya punya keyakinan kuat untuk jadi mandiri, maka ia tidak lagi harus mengikuti aturan tak tertulis yang tidak sesuai dengan kata hatinya. ”Seberapa kuat aturan itu mengakar di masyarakat, hidup aku kini ditentukan oleh keputusanku sendiri, Mas,” ujar gadis yang hobi menyanyi ini.
Putri sulung dari dua bersaudara pasangan Sa’dullah dan Istikharoh ini mengatakan, menjadi perempuan mandiri bukan berarti tidak lagi memasak dan mengurus anak. Selain itu, menjadi perempuan mandiri juga tidak harus bekerja seperti halnya pria. ”Mandiri itu juga tentang ketegasan, keberpihakan, dan keberanian dalam menentukan apa yang selayaknya terjadi dalam hidup kita,” cetus gadis yang selalu meraih ranking III besar di kelas ini.
Yang jelas, bagi gadis yang bercita-cita menjadi guru ini, menjadi mandiri akan membuat dirinya bisa lebih fokus pada prioritas yang harus dikejar. ”Rintangan dalam mewujudkannya pasti ada, tapi dengan mandiri kita sudah siap menerimanya. Dengan jadi pribadi yang mandiri, aku tidak akan lagi ditakutkan oleh hal-hal remeh,” tandas gadis yang akrab dipanggil Lia ini.
Sumber: Jawa Pos Radar Semarang edisi kamis 9 Juli 2015 halaman 1
Menurut mantan Ketua OSIS SMP Islam Al Amin Bonang Demak ini, mengandalkan diri sendiri bisa membawa kebaikan bagi hidupnya, ketimbang tergantung orang lain. ”Bagiku kemandirian bukan soal menghasilkan uang sendiri dan tidak lagi minta orang tua. Mandiri adalah ketika aku punya kuasa untuk menentukan apa yang akan terjadi dalam kehidupanku,” ungkap gadis yang pernah meraih juara III lomba Tari Merak tingkat Kabupaten Demak ini kepada Jawa Pos Radar Semarang.
Mantan anggota Bantara dan Paskibraka SMK Negeri 2 Demak ini mengatakan, ketika dirinya punya keyakinan kuat untuk jadi mandiri, maka ia tidak lagi harus mengikuti aturan tak tertulis yang tidak sesuai dengan kata hatinya. ”Seberapa kuat aturan itu mengakar di masyarakat, hidup aku kini ditentukan oleh keputusanku sendiri, Mas,” ujar gadis yang hobi menyanyi ini.
Putri sulung dari dua bersaudara pasangan Sa’dullah dan Istikharoh ini mengatakan, menjadi perempuan mandiri bukan berarti tidak lagi memasak dan mengurus anak. Selain itu, menjadi perempuan mandiri juga tidak harus bekerja seperti halnya pria. ”Mandiri itu juga tentang ketegasan, keberpihakan, dan keberanian dalam menentukan apa yang selayaknya terjadi dalam hidup kita,” cetus gadis yang selalu meraih ranking III besar di kelas ini.
Yang jelas, bagi gadis yang bercita-cita menjadi guru ini, menjadi mandiri akan membuat dirinya bisa lebih fokus pada prioritas yang harus dikejar. ”Rintangan dalam mewujudkannya pasti ada, tapi dengan mandiri kita sudah siap menerimanya. Dengan jadi pribadi yang mandiri, aku tidak akan lagi ditakutkan oleh hal-hal remeh,” tandas gadis yang akrab dipanggil Lia ini.
Sumber: Jawa Pos Radar Semarang edisi kamis 9 Juli 2015 halaman 1
KOMENTAR