Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Tengah 2018 menghadirkan dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Sebagian mengenai pasangan wakil gubernur banyak pihak bertanya-tanya, mengapa beliau-beliau? Gus Taj Yasin dan Ida Fauziah? Tampak mengejutkan. Analisis politik sudah banyak, tetapi analisis weton (hitungan jawa) bisa membantu memahami dari perspektif lain.
Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Tengah 2018 menghadirkan dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Sebagian mengenai pasangan wakil gubernur banyak pihak bertanya-tanya, mengapa beliau-beliau? Gus Taj Yasin dan Ida Fauziah? Tampak mengejutkan. Analisis politik sudah banyak, tetapi analisis weton (hitungan jawa) bisa membantu memahami dari perspektif lain.
[post_ads]
Ganjar lahir senin wage, maka neptunya 8, sedangkan Taj Yasin wetonnya sabtu wage, jadi neptunya 13, Jumlahnya menjadi 21. Sementara Sudirman Said wetonnya selasa pahing, neptunya 12 dan Ida Fauziyah wetonnya rebo kliwon. Jika melihat pasangan harinya senin-sabtu, selasa-rebo bagus semua.
Pasangan GP-TY berjumlah 21 jika dibagi 5 sisanya 1, artinya sandang (baik), sedangkan jika dibagi 7 sisasnya 0 (ini bisa diartikan tidak baik, atau misterius). Pasangan SA-IF berjumlah 27, jika dibagi 5 sisanya 2, artinya pangan (baik), jika dibagi 7, sisanya 6 ketemu bumi kapetak (terkurung, kurang baik).
Kemudian jika diperhitungkan dengan hari coblosan tanggal 27 Juni 2018, jatuh Rabo pon, neptunya 14, maka pasangan GP-TY dibagi 5 (35) sisa 0, artinya baik, sedangkan pasangan SA-IF dibagi 5 (41) sisa 1, maka diharapkan pasangan SA-IF lah yang menang. Jika menggunakan rumus dibagi 7, maka GP-TY sisa 0 (35/7) dan pasangan SA-IF sisa 6 artinya bumi kapetak, maksudnya tertutup, meski harus kerja keras untuk membuka peluang. Pada posisi ini sama-sama kurang baik.
So, kehadiran IF memberi kekuatan tersendiri, sebagai perempuan tentu bisa mewakili kaum perempuan. Namun dengan perhitungan weton ini menjadi semakin jelas, harapan peluang menang diharapkan. Namu, pada perhitunagn coblosan dibagi 5 dan 7, pasangan GP-TY sisa 0, jangan dianggap otomatis kalah. Angka 0 adalah misteri, jika bisa mendapatkan Ekawar (waktu tunggal), pas titis doanya, peluang menang juga besar. Atau meninggikan potensi padewan, rakam dan sebagainya. Menggandeng TY bagi GP adalah sebuah langkah misterius, penuh kejutan. Tunggu saja kejutannya nanti, sama-sama kita nikmati.
[post_ads]
Penulis : Sururi Arumbani
[post_ads]
Ganjar lahir senin wage, maka neptunya 8, sedangkan Taj Yasin wetonnya sabtu wage, jadi neptunya 13, Jumlahnya menjadi 21. Sementara Sudirman Said wetonnya selasa pahing, neptunya 12 dan Ida Fauziyah wetonnya rebo kliwon. Jika melihat pasangan harinya senin-sabtu, selasa-rebo bagus semua.
Pasangan GP-TY berjumlah 21 jika dibagi 5 sisanya 1, artinya sandang (baik), sedangkan jika dibagi 7 sisasnya 0 (ini bisa diartikan tidak baik, atau misterius). Pasangan SA-IF berjumlah 27, jika dibagi 5 sisanya 2, artinya pangan (baik), jika dibagi 7, sisanya 6 ketemu bumi kapetak (terkurung, kurang baik).
Kemudian jika diperhitungkan dengan hari coblosan tanggal 27 Juni 2018, jatuh Rabo pon, neptunya 14, maka pasangan GP-TY dibagi 5 (35) sisa 0, artinya baik, sedangkan pasangan SA-IF dibagi 5 (41) sisa 1, maka diharapkan pasangan SA-IF lah yang menang. Jika menggunakan rumus dibagi 7, maka GP-TY sisa 0 (35/7) dan pasangan SA-IF sisa 6 artinya bumi kapetak, maksudnya tertutup, meski harus kerja keras untuk membuka peluang. Pada posisi ini sama-sama kurang baik.
So, kehadiran IF memberi kekuatan tersendiri, sebagai perempuan tentu bisa mewakili kaum perempuan. Namun dengan perhitungan weton ini menjadi semakin jelas, harapan peluang menang diharapkan. Namu, pada perhitunagn coblosan dibagi 5 dan 7, pasangan GP-TY sisa 0, jangan dianggap otomatis kalah. Angka 0 adalah misteri, jika bisa mendapatkan Ekawar (waktu tunggal), pas titis doanya, peluang menang juga besar. Atau meninggikan potensi padewan, rakam dan sebagainya. Menggandeng TY bagi GP adalah sebuah langkah misterius, penuh kejutan. Tunggu saja kejutannya nanti, sama-sama kita nikmati.
[post_ads]
Penulis : Sururi Arumbani
KOMENTAR