Seorang pemuda prihatin dengan menjamurnya karaoke yang tak terkendali Termasuk khasanah yang awet dari leluhur kita dan masih langgeng...
Seorang pemuda prihatin dengan menjamurnya karaoke yang tak terkendali |
Tulisan ini ingin menanyakan kembali, ingin mengajak diskusi kembali perihal lagu Tombo Ati ini. Pertanyaan yang perlu diajukan adalah mengapa hati, mengapa tidak; “tombo panu iku ana limang perkoro, siji adus, loro kalpanak, telu lan sakpiturute” Mengapa hati yang perlu diperhatikan tidak yang lain?
Rupanya hati sangat penting. Sebuah perbuatan itu bergantung pada niatnya. Niat ada di hati. Di dalam diri manusia ada hati dan ada mulut. Jika antara hati dan mulut ini tidak sejalan maka orang ini disebut orang munafik. Tetapi kali ini saya tidak akan membicarakan ini dulu. kita simpan dulu tentang hati dan perkataan untuk judul tulisan yang lain, nanti. Kita akan membahas tentang tombo ati. Dalam bahasa Indonesia disebut obat hati. Jika ada obat hati berarti ada yang sakit hati. Ada orang yang sakit hati yang membutuhkan obat agar dirinya sembuh.
Sakit hati itu macam-macam bentuknya. Ada karena kekecewaan, dikiananti, kalah pemilu, putus cinta, ditolak cewek, dan lain sebagainya. Ketika dalam kondisi seperti ini kita memiliki dua pilihan. Kembali ke Tuhan atau lari ke setan. Lah kok seperti Ustadz ya nasihatnya. Dalam khasanah Jawa ada istilah dielengke atau diingatkan untuk seseorang yang punya masalah. Artinya, masalah bagi manusia Jawa adalah cara Tuhan untuk menarik kembali ke pelukanNya. Karena biasanya penderitaan, kesusahan, sakit, kegagalan, bangkrut itu lebih mudah bagi seseorang untuk ingat kepada Tuhan.
Di dalam diri manusia terdapat dua hal yaitu nurani dan nafsu. Jika nurani itu tetap, sedangkan nafsu itu berubah-ubah merespon fenomena-fenomena. Di banyak kesempatan si nafsu ini selalu berkomunikasi dengan nurani. Menanyakan apakah apa yang dia lakukan itu sudah benar atau tidak. Tapi di kesempatan lain nafsu ini tidak berkomunikasi dengan nurani. Seringkali nurani ini ditindih, dibungkam tidak diperbolehkan untuk berbicara. Pembungkaaman terhadap nurani ini kadang berlangsung lama kadang berlangsung sebentar.
Di dunia, manusia bertemu apa saja yang memungkinkan dirinya untuk lupa. Misalnya saat tumbuh remaja manusia bertemu lawan jenis, ia di mabuk asmara. Ia lupa kepada nuraninya. Ia memuja kecantikan. Ia menyakini ini cinta sejati. Ia menuhankan pacarnya. Hingga pada suatu ketika ia melihat pacarnya jalan dengan orang lain, ia sakit hati kemudian ingat Tuhan lagi. Sakit hati sebagaimana orang Jawa bilang dielengke, diingatkan untuk kembali.
Manusia tumbuh lagi, ia bertemu kemudahan mengumpulkan harta benda. Ia dibanggakan oleh lingkungannya. Ia dihormati, ditepuk tangani. Ia menganggap kekuasaan dalam genggaman. Tuhan disisihkan. Kemudian ia bangrut, ia ingat Tuhan. Ia merasa diingatkan.
Nenek moyang kita telah memprediksi apa kira-kira yang akan terjadi pada diri kita. Ketika kita mengalami sakit hati, loro ati maka kita dianjurkan tidak bingung. Mereka memberi kita rambu-rambu berupa lima perkara. Membaca Alquran sakmanane, berkumpul dengan orang saleh, dzikir malam, puasa, dan terakhir sholat malam. Ini dalam konteks Islam, dalam agama-agama lain pasti juga punya rambu-rambu sendiri semacam ini.
Sudah saya katakan ada dua pilihan bagi kita ketika menghadapi masalah. Mau tongkrong di café sampai larut dan mabuk sebagaimana orangtua dalam cerpennya Hemengway yang berjudul Persinggahan Malam, menghilangkan penat dengan menghabiskan uang di tempat karaoke atau ikut rambu-rambu sebagaimana yang didendangkan oleh orangtua-orangtua kita?
Setiap kita pasti memiliki masalah, dalam kondisi ini kita dalam situasi yang rentan. Keputusan yang tepat akan menentukan langkah kita selanjutnya. Sebuah pilihan bagi kita akan maju terus atau tergelincir. Jika sebuah masalah kita anggap sebagai cara Tuhan memanggil kita untuk kembali (dilingke) maka Tombo ati adalah hal yang tepat untuk dijalani. Butir-butir itu adalah putunjuk bagi kita untuk berpelukan dengan Sang Pemilik hati kita. Sekarang terserah kita, mau selamat atau tersesat.
Muhajir Arrosyid – Forum Studi Kalijagan Demak
KOMENTAR