Ilmu pengetahuan dan keahlian menjadi faktor penting dalam meraih kesuksesan, kemajuan dan kesejahteraan. Akan tetapi tidak semua warga masy...
Ilmu pengetahuan dan keahlian menjadi faktor penting dalam meraih kesuksesan, kemajuan dan kesejahteraan. Akan tetapi tidak semua warga masyarakat bisa mengecap dunia pendidikan yang memadai. Semua berharap bisa kuliah dan memperbaiki kehidupannya. Ternyata, bisa sekolah tinggi itu bukan cuma perlu kegigihan. Pintunya tak dibukakan seperti kita mengetuk pintu. Di sana ada kompetisi dan mungkin juga ketidakadilan bagi mereka.
Pendidikan formal yang menjadi tumpuan masyarakat pun ternyata belum mampu memberi ilmu pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan. Output pendidikan formal dinilai masih rendah, banyak lulusan pendidikan formal yang tidak terserap oleh lapangan kerja, sedikit yang mampu membuka lapangan kerja sendiri.
Oleh karena itu pendidikan non formal menjadi jawaban sebagai alternatif melatih dan mendidik masyarakat agar menjadi SDM yang unggul.
Itulah kenapa banyak keluhan mengenai output pendidikan kita yang tidak bisa menjawab tantangan dan perubahan zaman saat ini. Mereka yang telah sukses, diakui atau tidak, ilmu dan keahliannya diperoleh berkat didikan dan latihan di luar pendidikan formal. Para pebisnis, profesional sukses biasanya memiliki mentor yang mendidik dan membimbing mereka meraih sukses yang diinginkan.
Sebagian besar ilmu itu ada di dunia maya dan sebagian lagi ada di tangan orang-orang yang dianggap sudah sukses. Oleh karena itu inilah saatnya orang-orang yang sukses menularkan kesuksesannya, membangun komunitas-komunitas pembelajaran yang bergengsi tinggi dan memberi dampak besar. Brand-nya harus kuat agar para pemuda termotivasi, tidak patah semangat, namun ilmunya dapat diterapkan dikehidupan nyata.
Meskipun dunia informal pada dasarnya sangat kaya dengan pengetahuan dan keterampilan. Tetapi, dunia informal tidak memberi gengsi dan pengetahuan sebelum yang bersangkutan berhasil. Beda benar bila kuliah di Universitas Negeri Ternama. Biarpun belum lulus atau nganngur setelah lulus, sejak kuliah sudah bisa pamer jaket, upload foto dengan identitas kampus di sosial media.
Tingkat keberhasilan seseorang di dunia informal sangat ditentukan oleh karakter informalitas yang mengacu pada kekuatan individu. Di dunia informal tidak ada absensi, petugas kebersihan, ruang kelas dengan jam yang tertata, pengajar yang terstruktur, dan seterusnya. Juga tidak ada ijazah. Jadi, semua bergantung pada yang bersangkutan. Bergantung pada chemistry dengan tokoh, disiplin diri, daya juang, kejujuran, assertiveness, dan tentu saja impian yang menjalani.
Tetangga saya yang saat ini memiliki usaha las, dahulu dia rela ikut orang dengan bayaran yang sangat kecil, namun karena dia mau belajar keahlian di tempat dia kerja akhirnya dia mampu membuka sendiri usaha las. Pemuda saat ini harus mau seperti itu, carilah kerjaan yang menjanjikan pengalaman dan keahlihan, jangan hanya kerja rutinitas yang tidak memberi kesempatan untuk meningkatkan ilmu dan keahlian. Jika perlu kita kerja statusnya "magang" cari pengalaman bukan cari uang. Apalagi masih muda belum punya tanggungan keluarga, kerja magang tentu sangat mungkin kita lakukan.
Anda para tokoh, orang sukses, anda belum bisa dikatakan sukses dan hebat jika belum bisa mensukseskan dan menghebatkan orang di sekitar anda. Tularkan kehebatan anda pada masyarakat sekitar anda. Anda para pemuda, masyarakat yang ingin sukses, datangilah para orang-orang sukses dan hebat, ketuk pintu mereka. Belajarlah pada mereka, bekerja pada mereka untuk mendapatkan pengalaman dan ilmu pengetahuan. Sebab itu pintu menuju kesuksesan.
Pendidikan formal yang menjadi tumpuan masyarakat pun ternyata belum mampu memberi ilmu pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan. Output pendidikan formal dinilai masih rendah, banyak lulusan pendidikan formal yang tidak terserap oleh lapangan kerja, sedikit yang mampu membuka lapangan kerja sendiri.
Oleh karena itu pendidikan non formal menjadi jawaban sebagai alternatif melatih dan mendidik masyarakat agar menjadi SDM yang unggul.
Hadi punya usaha las sendiri, setelah belajar ikut orang dibengkel las selama 12 tahun |
Dunia Non Formal
Prof. Renald Kasali dalam artikelnya “80% Belajar adalah Non Formal” di Jawa Pos 24 Juli 2012 menerangkan bahwa Dulu 80 persen pusat belajar adalah lembaga, sekolah, kampus, kursus. Sekarang 80 persen pusat belajar itu justru ada di masyarakat, tempat kita menghabiskan waktu terbanyak. Ilmu yang kita pelajari di bangku pendidikan formal cepat tertinggal. Ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat dan adu kejar antara dosen dan para penjelajah pengetahuan terus terjadi.Itulah kenapa banyak keluhan mengenai output pendidikan kita yang tidak bisa menjawab tantangan dan perubahan zaman saat ini. Mereka yang telah sukses, diakui atau tidak, ilmu dan keahliannya diperoleh berkat didikan dan latihan di luar pendidikan formal. Para pebisnis, profesional sukses biasanya memiliki mentor yang mendidik dan membimbing mereka meraih sukses yang diinginkan.
Sebagian besar ilmu itu ada di dunia maya dan sebagian lagi ada di tangan orang-orang yang dianggap sudah sukses. Oleh karena itu inilah saatnya orang-orang yang sukses menularkan kesuksesannya, membangun komunitas-komunitas pembelajaran yang bergengsi tinggi dan memberi dampak besar. Brand-nya harus kuat agar para pemuda termotivasi, tidak patah semangat, namun ilmunya dapat diterapkan dikehidupan nyata.
Meskipun dunia informal pada dasarnya sangat kaya dengan pengetahuan dan keterampilan. Tetapi, dunia informal tidak memberi gengsi dan pengetahuan sebelum yang bersangkutan berhasil. Beda benar bila kuliah di Universitas Negeri Ternama. Biarpun belum lulus atau nganngur setelah lulus, sejak kuliah sudah bisa pamer jaket, upload foto dengan identitas kampus di sosial media.
Tingkat keberhasilan seseorang di dunia informal sangat ditentukan oleh karakter informalitas yang mengacu pada kekuatan individu. Di dunia informal tidak ada absensi, petugas kebersihan, ruang kelas dengan jam yang tertata, pengajar yang terstruktur, dan seterusnya. Juga tidak ada ijazah. Jadi, semua bergantung pada yang bersangkutan. Bergantung pada chemistry dengan tokoh, disiplin diri, daya juang, kejujuran, assertiveness, dan tentu saja impian yang menjalani.
Magang dan Bekerja untuk Belajar
Ada kendala mental di masyarakat kita, mereka orang-orang yang sukses enggan untuk menularkan kesuksesannya, mereka pelit berbagai ilmu, mereka takut jika orang yang ikut dengannya suatu ketika justru menjadi pesaingnya. Disisi lain anak-anak muda kita tidak berfikir jangka panjang, mereka bekerja hanya untuk mencari uang, bukan dibarengi untuk mencari ilmu dan pengalaman. Mereka enggan bekerja dengan gaji yang sedikit meskipun disitu menjanjikan pengalaman dan ilmu yang bisa dipakainya dalama meraih sukses dikehidupan yang akan datang. Inilah mental block "penghalang" yang harus kita singkirkan.Tetangga saya yang saat ini memiliki usaha las, dahulu dia rela ikut orang dengan bayaran yang sangat kecil, namun karena dia mau belajar keahlian di tempat dia kerja akhirnya dia mampu membuka sendiri usaha las. Pemuda saat ini harus mau seperti itu, carilah kerjaan yang menjanjikan pengalaman dan keahlihan, jangan hanya kerja rutinitas yang tidak memberi kesempatan untuk meningkatkan ilmu dan keahlian. Jika perlu kita kerja statusnya "magang" cari pengalaman bukan cari uang. Apalagi masih muda belum punya tanggungan keluarga, kerja magang tentu sangat mungkin kita lakukan.
Anda para tokoh, orang sukses, anda belum bisa dikatakan sukses dan hebat jika belum bisa mensukseskan dan menghebatkan orang di sekitar anda. Tularkan kehebatan anda pada masyarakat sekitar anda. Anda para pemuda, masyarakat yang ingin sukses, datangilah para orang-orang sukses dan hebat, ketuk pintu mereka. Belajarlah pada mereka, bekerja pada mereka untuk mendapatkan pengalaman dan ilmu pengetahuan. Sebab itu pintu menuju kesuksesan.
KOMENTAR