Saat ini banyak petani yang memakai cara instan untuk memaksimalkan hasil pertanian dengan memanfaatkan berbagai obat dan pestisida. Namun...
Saat ini banyak petani yang memakai cara instan untuk memaksimalkan hasil pertanian dengan memanfaatkan berbagai obat dan pestisida. Namun, tidak demikian dengan Satrio Seno Suwarno, pendiri PT Lumbung Banyu Bumi, yang tergerak ingin mengangkat kesejahteraan petani melalui pertanian organik. ”Saya putra daerah Demak, merasa prihatin karena nasib petani di sini masih dipermainkan para tengkulak,” ujarnya saat mendampingi petani di Desa Weding, Kecamatan Bonang, Demak, kemarin.
Sebagai anak petani, pria yang berprofesi sebagai kontraktor dan berdomisili di Jakarta ini ingin mengajak petani meningkatkan produktivitas lahan. Kepeloporan itu dia lakukan di lahan pertanian yang kurang produktif seperti wilayah utara Demak. Di lahan kurang produktif itu, kebanyakan petani menggunakan cara mudah, yakni memakai pupuk kimia. Tapi Satrio berjuang menggunakan pupuk organik cair yang dia produksi untuk mengoptimalkan produksi pertanian. Ia juga menularkan ilmu tentang cara bercocok tanam organik itu kepada masyarakat sekitarnya. Para petani yang bersedia menerapkan pertanian organik ini pun bergabung menjadi mitra dan mendapat sebutan ”anak tani”.
Tes Unsur Hara
”Di Demak, anak tani PTLumbung Banyu Bumi sebanyak 570 orang dan tersebar di Kecamatan Dempet, Gajah, Bonang, Kota, Wedung dan Wonosalam,” katanya.
Selain itu, ia juga menggandeng petani di Kabupaten Grobogan dan petani bawang merah di Brebes. Petani yang ingin mencoba pertanian organik ini, ia terlebih dahulu akan mengetes kandungan unsur hara di lahan mereka. PT Lumbung membawa sampel tanah tersebut untuk diuji di laboratorium.
Hasil pengujian itu nantinya untuk menentukan penanganan yang tepat sesuai kandungan unsur hara dalam tanah tersebut. Selanjutnya, petani akan didampingi tim pendamping pertanian dari PT Lumbung. Seperti yang dialami Sururi, petani melon dari Desa Weding.
Hasil panen melon satu bahu (0,75 ha) dari lahan miliknya mampu menghasilkan panen melon sebanyak 24 ton. Melon yang dikirim ke Jakarta itu dijual seharga Rp 5.000 sampai Rp 8.000 per kilogram di tingkat tengkulak. Padahal modal awalnya hanya sekitar Rp 20 juta dan sudah termasuk dengan ongkos tenaga.
Di lain tempat, Iman, anak tani PT Lumbung dari Desa Jali, Kecamatan Bonang, mengaku, hasil produksi padi pada musim tanam II tahun ini bisa 4,2 ton/bahu. Adapun sebelum menerapkan pertanian organik pada periode tahun lalu hanya berkisar 3,1 ton/bahu. Hal sama dialami Sulaiman, petani dari Desa Weding yang mendapatkan hasil panen padi 4,17 ton/bahu. ”Sebelumnya hanya 2,6 ton per bahu,” jelasnya.
Sumber: berita.suaramerdeka.com/smcetak/giatkan-pertanian-organik-di-lahan-kurang-produktif
Sebagai anak petani, pria yang berprofesi sebagai kontraktor dan berdomisili di Jakarta ini ingin mengajak petani meningkatkan produktivitas lahan. Kepeloporan itu dia lakukan di lahan pertanian yang kurang produktif seperti wilayah utara Demak. Di lahan kurang produktif itu, kebanyakan petani menggunakan cara mudah, yakni memakai pupuk kimia. Tapi Satrio berjuang menggunakan pupuk organik cair yang dia produksi untuk mengoptimalkan produksi pertanian. Ia juga menularkan ilmu tentang cara bercocok tanam organik itu kepada masyarakat sekitarnya. Para petani yang bersedia menerapkan pertanian organik ini pun bergabung menjadi mitra dan mendapat sebutan ”anak tani”.
Tes Unsur Hara
”Di Demak, anak tani PTLumbung Banyu Bumi sebanyak 570 orang dan tersebar di Kecamatan Dempet, Gajah, Bonang, Kota, Wedung dan Wonosalam,” katanya.
Selain itu, ia juga menggandeng petani di Kabupaten Grobogan dan petani bawang merah di Brebes. Petani yang ingin mencoba pertanian organik ini, ia terlebih dahulu akan mengetes kandungan unsur hara di lahan mereka. PT Lumbung membawa sampel tanah tersebut untuk diuji di laboratorium.
Hasil pengujian itu nantinya untuk menentukan penanganan yang tepat sesuai kandungan unsur hara dalam tanah tersebut. Selanjutnya, petani akan didampingi tim pendamping pertanian dari PT Lumbung. Seperti yang dialami Sururi, petani melon dari Desa Weding.
Hasil panen melon satu bahu (0,75 ha) dari lahan miliknya mampu menghasilkan panen melon sebanyak 24 ton. Melon yang dikirim ke Jakarta itu dijual seharga Rp 5.000 sampai Rp 8.000 per kilogram di tingkat tengkulak. Padahal modal awalnya hanya sekitar Rp 20 juta dan sudah termasuk dengan ongkos tenaga.
Di lain tempat, Iman, anak tani PT Lumbung dari Desa Jali, Kecamatan Bonang, mengaku, hasil produksi padi pada musim tanam II tahun ini bisa 4,2 ton/bahu. Adapun sebelum menerapkan pertanian organik pada periode tahun lalu hanya berkisar 3,1 ton/bahu. Hal sama dialami Sulaiman, petani dari Desa Weding yang mendapatkan hasil panen padi 4,17 ton/bahu. ”Sebelumnya hanya 2,6 ton per bahu,” jelasnya.
Sumber: berita.suaramerdeka.com/smcetak/giatkan-pertanian-organik-di-lahan-kurang-produktif
KOMENTAR