$type=grid$count=4$va=0$meta=0$snip=0$rm=0$show=home

Mitos Arah Kiblat Masjid Agung Demak, yang Sempat Diubah

Nama Masjid Agung Demak sebenarnya baru resmi digunakan setelah keluarnya peraturan Menteri Agama RI No 1/1988, yang berlaku mulai tahun 199...

Nama Masjid Agung Demak sebenarnya baru resmi digunakan setelah keluarnya peraturan Menteri Agama RI No 1/1988, yang berlaku mulai tahun 1991. Sebelumnya, sejak tahun 1479 M masjid yang didirikan walisongo ini disebut Masjid Kasultanan Bintoro.

Menurut legenda, masjid ini didirikan oleh Wali Songo secara bersama-sama dalam waktu 1 (satu) malam, yang ditandai oleh candrasangkala (Lawang Trus Gunaningjami). Candrasengkala digunakan untuk tahun yang perhitungannya berdasarkan perputaran Bulan.

Candrasangkala juga merupakan rumusan tahun dengan kata-kata, yang setiap kata melambangkan angka, dibaca dari depan dan ditafsirkan dari belakang; . candrasangkala yang bertuliskan Lawang Trus Gunaningjami. menandakan masjid didirkan pada tahun 1399 saka (1447 M).

Dalam proses pembangunannya, Sunan Kalijaga memegang peranan penting. Raden Sahid kala itu berjasa membetulkan arah kiblat. Sehingga berkembang mitos yang diyakini masyarakat bahwa arah kiblat Masjid Demak tepat persis mengarah pada bangunan fisik kabah (ainul ka’bah).

Diceritakan, Sunan Kalijaga juga memperoleh wasiat antakusuma, yaitu sebuah bungkusan yang konon berisi baju hadiah dari Nabi Muhammad SAW yang jatuh dari langit di hadapan para hadirin yang sedang melakukan sidang menentukan arah kiblat Masjid Demak.

Sidang dipimpin Sunan Giri. Terjadi perpedaan pendapat dalam sidang penentuan arah kiblat. Sidang yang dipimpin oleh pendiri kerajaan Giri Kedaton ini belum bisa memutuskan arah kiblat yang dianggap sah oleh pesarta sidang hingga menjelang shalat Jumat.

Kemudian Sunan Kalijaga berdiri di tengah-tengah peserta sidang yang sedang berdebat. Tangan kiri Pangeran Tuban ini memegang Masjid Demak dan tangan kanannya dilambaikan memegang Masjidil Haram di Mekkah.

Dengan metode tersebut, pengukuran arah kiblat Masjid Agung Demak ditentukan dan diperlihatkan kepada hadirin. Setelah arah kiblat itu dianggap sah oleh para peserta sidang maka putra adipati Tuban Tumenggung Wilatikta itu melepaskan pula kedua masjid yang dipegangnya (Aboebakar, 1955: 163).

Pada dasarnya metode yang digunakan oleh Sunan Kalijaga pada saat itu hanya sebuah tamsil atau simbol dari metode ashdul kiblat. Karena sejak zaman kejayaan Islam di Maroko metode ini telah digunakan untuk menentukan arah kiblat bagi tiap-tiap masjid yang dibangun.

Namun legenda menjadikan cara seperti ini berubah sebagai sebuah mitos. Suatu teori menyatakan bahwa mitos adalah catatan peristiwa bersejarah yang dilebih-lebihkan secara terus-menerus sampai akhirnya figur dalam sejarah tersebut memperoleh status setara dewa.

Mitos-mitos bermunculan sebagai alegori atau personifikasi pada fenomena alam namun perlahan-lahan diinterpretasikan secara harfiah. Pelaku utama yang diceritakan dalam mitos biasanya adalah para dewa, manusia, dan pahlawan supranatural sebagai kisah suci.

Mitos disebarkan untuk menyampaikan pengalaman religius, untuk membentuk model sifat-sifat tertentu, dan sebagai bahan ajaran dalam suatu komunitas.

Dalam suatu masyarakat di mana mitos itu disebarkan, biasanya suatu mitos dianggap sebagai kisah yang benar-benar terjadi pada zaman purba. Umumnya, mitos ini didukung oleh penguasa atau imam/pendeta/guru agama yang sangat erat dengan suatu agama atau ajaran kerohanian.

Terlepas dari mitos arah kiblat Masjid Demak yang dipercaya tepat ke arah bangunan fisik ka’bah, namun kisah Syekh Malaya yang mengukur arah kiblat dengan kedua tangannya di atas perlu dilihat dari pemahaman yang berbeda.

Kemungkinan, hari jumat, saat terjadinya sidang penentuan arah kiblat Masjid Demak itu secara kebetulan tepat waktu yaumirrashdil kiblat sedang berlangsung atau mungkin sengaja waktu itu dipilih untuk memudahkan menentukan arah kiblat.

Saat itu Raden Said, berdiri dan memberi solusi dengan memberi ilustrasi pada peserta sidang. Tangan kanan yang dikatakan “melambai memegang Masjidil Haram di Mekkah”, besar kemungkinan sedang menunjuk posisi matahari yang sedang berada pada Matahari menempati titik zenith Ka’bah, yakni titik berketinggian 90° atau tegak lurus terhadap semua horizon Ka’bah.

Sedangkan tangan kiri Raden Said yang dikatakan “memegang Masjid Demak”, kemungkinan sedang menunjuk bayangan benda yang berdiri tegak yang mengarah ke arah kiblat sebagai tanda arah kiblat Masjid Demak.

Setelah arah itu diperlihatkan dengan memanfaatkan momen matahari melintas di atas Ka’bah, lalu peserta sidang melakukan pengukuran arah kiblat berdasarkan metode yaumirrashdil kiblat (hari saat matahari tepat di atas Ka’bah) pada hari Jumat tahun 1401 Saka.

Pada tahun 1399 saka (1447 M) saat pembangunan Masjid Demak belum ada teodolite, GPS, atau google earth. Ilmu Astronomi mungkin belum ada yang berminat untuk mempelajarinya. Namun pengukuran arah kiblat dengan metode yaumirrashdil kiblat sudah ada sejak jaman dahulu.

Kontroversi Perubahan Arah Kiblat


image

Berdasarkan instruksi dari Kemenag (Kementerian Agama) pusat pada tahun 2007 agar BHRD di tiap kabupaten mengecek arah Kiblat Masjid Agung yang ada di tempatnya masing-masing.

Pada 15-16 Juli 2010, Tim Hisab Rukyah Jateng, bersama Badan Hisab Rukyah Demak mengukur kembali arah kiblat Masjid Agung Demak. tepat waktu yaumirrashdil kiblat. Hasil Pengukuran ulang dilaporkan, posisi arah kiblat masjid selisih 12 derajat’ ke arah utara.

Jumat, 23 Juli 2010, hasil pengukuran ulang ini disosialisasikan kepada para kiai dan ulama se-kabupaten Demak dengan mengundang 150 kiai dan dihadiri Bupati Drs H Tafta Zani MM, sekaligus pejabat Kemenag Demak.

Dengan prinsip “Memelihara  Nilai Nilai lama yang baik, dan Mencari Nilai-Nilai Baru yang lebih Baik”, hasil pengukuran kembali arah kiblat Masjid Agung Demak diterima dengan baik oleh para kiai, dan takmir Masjid dengan cukup menggeser saf, mengubah posisi karpet/sajadah agar sesuai dengan arah kiblat versi Badan Hisab Rukyat Demak.

Ternyata pengubahan arah kiblat Masjid Demak dari versi Walisongo ke versi Badan Hisab Rukyat Demak tahun 2010 menuai kontroversi di kalangan para tokoh agama.

Tahun 2012 keinginan masyarakat termasuk sejumlah ulama agar arah kiblat masjid Demak dikembalikan ke versi Walisongo semakin tidak dapat dibendung.

Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Kabupaten Demak mendesak agar arah kiblat dikembalikan seperti semula sesuai rumusan Dewan Walisongo ketika membangun masjid dan menentukan arah kiblat ratusan tahun silam.

Ketua PCNU Demak H. Musadad Syarief menyebutkan barisan ulama yang meminta pengembalian arah kiblat ke versi walisongo, mulai dari KH Munif, Hanif Muslih, K Abdul Mansur, K Zainal Arifin, K Hafid Satori, KH Misbakhul Munir, K Fadol Ali, dan lainnya.

Keinginan mengembalikan arah kiblat ke versi walisongo juga ditunjukkan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (FPPP) DPRD Kabupaten Demak.

Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Demak H Niam Ansyori mengaku pihaknya telah memfasilitasi pertemuan para ulama se-Demak dengan Pengasuh Ponpes Sarang Rembang KH Maemun Zubair untuk membahas arah kiblat Masjid.

Dalam pertemuan di kompleks Masjid Agung Demak, Selasa (13/12/2011) KH Maemun Zubair mengatakan, “Masjid Agung Demak, dalam penentuan kiblat sudah dicocokkan dengan arah baitullah di Makkah, Lebih baik arah kiblat masjid juga disesuaikan dengan yang telah dirumuskan di era wali dan beliau ingin masjid Demak dijadikan monumen abadi”, (NU Online, Rabu, 14/12/2011).

Nampaknya, Perspektif mitologi tetap saja menjadi dominanasi tertinggi dalam maindset paling dasar yang dimiliki masyarakat. Dalam beberapa kasus, suatu masyarakat akan menghidupkan kembali suatu mitos untuk menciptakan kembali suasana zaman mistis.

Melihat hal ini, Takmir masjid agung merasa perlu menanggapi keinginan dasar  masyarakat untuk menghidupkan kembali suasana zaman Walisongo dengan tetap menggunakan arah Kiblat yang di tetapkan sejak awal berdirinya Masjid Demak.

Meski demikian, untuk mengembalikan juga perlu dibicarakan melalui musyawarah untuk mencari kesepakatan. Kesepakatan untuk mengubah arah masjid kembali pada posisi semula melibatkan tim perumus yang beranggotakan sembilan orang.

Kelihatannya angka sembilan ini juga terdorong untuk menghidupkan kembali suasana zaman Walisongo saat sidang menentukan arah kiblat ratusan tahun lalu.
Sembilan anggota tim perumus itu masing-masing adalah Ketua MUI Demak, Wabup Demak HM Dachirin Said, KH Drs Masruchin Ahmad, KH Arief Cholil, Drs Saerozi, Drs H Nur Rosyid, H Abdul Fatah, H Muzamil, dan KH Abdul Rosyid.

Hasilnya, setelah melalui diskusi panjang akhirnya takmir masjid HM Asyiq memutuskan Kiblat Masjid Agung Demak Dikembalikan seperti Era Walisongo.

Pengasuh Pondok Pesantren Roudlotul Tholibin Nurul Huda menyambut baik keputusan takmir masjid demak tersebut. Nurul mengatakan pengubahan arah kiblat itu sesuai peninggalan para Walisongo. Sehingga peninggalan para wali tersebut tidak perlu diubah-ubah lagi.

Ketua Fraksi FPPP H A Rifai mengatakan penentuan arah kiblat sebenarnya sudah final ketika Dewan Walisongo berembug dan menyamakan pendapat soal ke mana umat Islam harus menghadap ketika salat di Masjid Agung Demak.

Penulis: Arjuna Rinaldy
Sumber: www.akarnews.com/4554-mitos-arah-kiblat-masjid-agung-demak-yang-sempat-diubah

KOMENTAR

BLOGGER: 1

Nama

Acara,14,Anti Hoax,1,Apindo,1,Banjir,1,Banser,3,Basmi Karaoke,1,Bawaslu Demak,1,Beras,2,Bisnis,2,BLK Demak,1,Bonsai Demak,1,Buah Tin,7,Buku Panduan KPPS,1,Buku Pustaka,6,Bulog,1,Bupati Demak,1,Buruh,1,Covid-19,1,CPNS 2018,8,Direktori,1,Download,1,Ekonomi,10,Fatayat,1,Gerebeg Besar,1,GP Ansor,5,Gus Mus,1,Harlah NU,1,Haul Sultan Fatah,1,Hikmah,2,Hukum,3,Ide Kreatif,2,Inspirasi,15,ISNU Demak,2,Jenis Buah Tin,1,Kabar,71,Kabar Nasional,13,Kaligawe,1,Karang Taruna,5,Kecelakaan,1,Kesehatan,3,Ketanaga Kerjaan,1,Ketupat,4,KH. Ma'ruf Amin,1,KOHD,7,Kokam,1,Komunitas,4,Komunitas Literasi Demak,2,KPPS,1,KPU Demak,3,Kuliner Demak,4,Layanan Kepolisian,5,Layanan Kesehatan,3,Layanan Masyarakat,20,LBH Demak Raya,23,Lingkungan,3,Lowongan Kerja,22,LPK Ashabi,1,Manfaat dan Khasiat Tin,2,Masjid Agung Demak,2,Muhajir Arrosyid,1,Muslimat NU,1,Nahdlotul Ulama,2,Nelayan,1,NU Demak,1,Olah Raga,4,Operasi Zebra Candi,1,Opini,19,Pemilu 2024,1,Pendidikan,7,Penerimaan siswa baru,1,Pengolahan Sampah,1,Peristiwa,10,Pertanian,7,Pilihan,8,Pilkada Jateng 2018,1,Pilkades 2016,1,Politik,1,Polres Demak,1,PSD Demak,3,Pustaka,1,Ragam,14,Religi,2,Resensi,1,RSI NU Demak,1,Sea Games,1,Sejarah,9,Sepak Bola,1,Sinovac,1,Sosial,13,Sosial dan Budaya,41,Tahun Baru,1,Taman Literasi Demak,3,Teknologi,1,Tentang Kami,1,THR,2,Tips dan Trik,6,Tol Semarang Demak,1,umk 2017,1,Vaksin,1,Vaksinasi,1,video,8,Wirausaha,11,wisata,2,Wisata Demak,11,
ltr
item
KCD News: Mitos Arah Kiblat Masjid Agung Demak, yang Sempat Diubah
Mitos Arah Kiblat Masjid Agung Demak, yang Sempat Diubah
KCD News
https://www.kcdnews.com/2016/05/mitos-arah-kiblat-masjid-agung-demak.html
https://www.kcdnews.com/
https://www.kcdnews.com/
https://www.kcdnews.com/2016/05/mitos-arah-kiblat-masjid-agung-demak.html
true
3709301962158094062
UTF-8
Semua postingan ditampilkan Postingan tidak ditemukan Lihat Semua Selengkapnya Balas Batal Membalas Hapus Oleh Beranda Halaman Postingan Lihat Semua Mungkin anda menyukai postingan ini LABEL ARSIP SEARCH SEMUA POSTINGAN Postingan yang sesuai tidak ditemukan Kembali ke Beranda Ahad Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Ahd Sen Sel Rab Kam Jum Sab Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Sekarang 1 menit yang lalu $$1$$ minutes ago 1 jam yang lalu $$1$$ hours ago kemarin $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago lebih dari 5 bulan yang lalu Pengikut Ikuti THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Salin semua kode Pilih semua kode Semua kode telah terkopi ke komputer/gadget Tidak dapat mengkopi kode atau teks. selahkan pencet tombol [CTRL]+[C] (atau CMD+C untuk Mac) untuk mengnyalin Daftar Isi