Hari-hari ini marak diperbincangkan tentang Gus Dur (juga Suharto) untuk menjadi pahlawan Nasional. Para tokoh seperti Ahok, Menteri Pendaya...
Hari-hari ini marak diperbincangkan tentang Gus Dur (juga Suharto) untuk menjadi pahlawan Nasional. Para tokoh seperti Ahok, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi, Rizal Ramli, memberi pernyataan jika Presiden ke-4 Republik Indonesia yang hanya menjabat selama dua tahun, mulai 20 Oktober 1999 hingga 24 Juli 2001 layak menjadi pahlawan nasional. Apa makna dari penetapan K.H. Abdurahman Wahid sebagai pahlawan nasional?
Penetapan seorang pahlawan bagi sebuah Negara mengandung sebuah pesan. Gus Dur, Ki Hajar Dewantara, Bung Tomo, Jendral Soedirman, mereka tidak butuh dirinya ditetapkan sebagai pahlawan. Mereka sudah tenang di alam yang berbeda. Mereka telah menikmati budi yang telah ia tanam semasa hidup. Lalu siapa yang berkepentingan, yang diberi manfaat atas penetapan pahlawan nasional?
Yang butuh adalah kita karena kita butuh inspirasi, kita butuh tauladan, panutan, dan kita butuh pesan yang perlu kita sampaikan kepada keturunan kita. Pengangkatan gelar kepahlawanan adalah sekalius memberi pesan kepada anak cucu kita kelak tentang laku yang perlu diteladani. Lalu apa yang dapat diambil dari diri Gus Dur?
Pertama, tentang kecintaannya terhadap Negara-Bangsa Indonesia. Hal tersebut ia tunjukkan sedari masih muda, kemudian menjadi aktivis kemanusiaan. Yang paling melekat dibenak kita adalah ketika beliau diturunkan sebagai presiden. Kecintaannya kepada negeri ini adalah keikhlasannya lengser dan tanpa pertumpahan darah. Jika beliau mau mempertahankan diri sebagai presiden pada waktu itu tentu saja bisa mengingat pendukungnya sangat banyak, kaum nahdliyin teramat menyayanginya. Beliau pilih mundur daripada terjadi pertumpahan darah. Pada waktu itu Mahfud MD mengaku diutus Gus Dur untuk menengkan massa di daerah-daerah.
Langkah yang sama dilakukan Gus Dur saat ia dijegal tidak dapat mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilu berikutnya. Alasan KPU tidak meloloskan Gus Dur pada waktu itu adalah alasan kesehatan. Pada waktu itu (17-22/5/2004) pendukung fanatik Gus Dur melakukan mogok makan di kantor-kantor KPU untuk memprotes keputusan tersebut. Gus Dur memilih mendatangi para demonstran pendukungnya untuk menghentikan aksi tersebut. Di kantor KPU Jawa Tengah pada 22 Mei 2004 beliau menyulurkan air minum untuk menyudahi aksi mogok makan itu sambil berkata: "Sebagai pemegang ajaran mendiang Mahatma Gandhi dan ajaran Islam, kita harus tekun, sabar, dan pemaaf. Karena itu, penting sekali saya datang dengan beberapa hal yang saya tinggalkan untuk meminta agar Saudara-saudara yang mogok makan berhenti sampai di sini” (SM, 23 Mei 2004).
Kedua, jalan damai. Ia selalu datang dan terlibat menyelesaikan konfilk yang terjadi di Indonesia. Ia adalah membela kaum minoritas, orang-orang yang kalah dan dikalahkan tidak memandang apa suku dan agamanya. Inilah kenapa ia dicintai oleh banyak orang dari berbagai kalangan. Orang Tionghoa bahkan menyebut Gus Dur sebagai bapak Tionghoa Indonesia.
Kehadiran pemikiran Gus Dur perlu diketengahkan kembali disaat orang-orang sedang menggembar-gemborkan Negara Islam, khilafah, mengafir-ngafirkan orang lain. Pada sholawat yang dilantunkan oleh Gus Dur berjudul Sholawat “Syiir tanpo waton”. Dalam siir tersebut dengan jelas beliau mengingatkan: //Akeh kang apal Qur'an haditse//Seneng ngafirke marang liyane//Kafire dewe gag di gatekke//Yen isih kotor ati akale//. Hafal Al Qur’an dan hadits belum tentu hatinya bersih jika ia masih sibuk menunjuk-nujuk kekafiran orang lain dan merasa lebih baik di mata Allah, Kekafiran dirinya sendiri tidak dipikirkan.
Menurut Samud (2011) Abdurrahman Wahid, tentang hubungan Islam dengan negara mempunyai pemikiran bahwa Islam adalah sebauh agama yang sederhana. Ia mengharapkan para penganutnya untuk secara ketat melaksanakan ajaran-ajaran dasar: pengkuan keimanan, shalat, berpuasa selama bulan ramadhan, zakat dan haji bagi mereka yang mampu. Sebagai seorang muslim dituntut untuk berpegang di jalan Allah. Negara Indonesia adalah negara bangsa yang majemuk. Berbagai ras, suku, bahasa, kebudayaan, agama, dan keperyaan hidup di negeri ini. Semboyan “Bhineka Tunggal Ika” merupakan ungkapan tepat untuk menjelaskan realitas sekaligus harapan bangsa ini. Pernyataan Gus Dur yang cukup dikenal adalah: Agama jangan jauh dari kemanusiaan.
Pesan yang ingin diketengahkan dengan menghadirkan Gus Dur sebagai pahlawan nasional adalah pesan cinta kasih, toleransi, dan perdamaian. Pesan yang sangat tepat disaat kondisi bangsa yang selalu gaduh, intoleransi dengan adanya pembakaran masjid, pembakaran gereja. Mengingat Gus Dur dan perjuangannya kita berharap kita akan kembali menjadi orang-orang yang memiliki cinta kasih tersebut. Dan tentu saja pesan tersebut ingin kita sampaikan kepada anak turun kita.
Untuk menutup tulisan ini mari kita simak kutipan pernyataan Gus Dur untuk menunjukkan jiwa besar beliau dan kecintaannya kepada negeri ini: Marilah kita bangun bangsa dan kita hindarkan dari pertikaian yang sering terjadi pada sejarah. Inilah esesnsi tugas kesejahteraan kita, yang tidak boleh kita lupakan sama sekali.
Penetapan seorang pahlawan bagi sebuah Negara mengandung sebuah pesan. Gus Dur, Ki Hajar Dewantara, Bung Tomo, Jendral Soedirman, mereka tidak butuh dirinya ditetapkan sebagai pahlawan. Mereka sudah tenang di alam yang berbeda. Mereka telah menikmati budi yang telah ia tanam semasa hidup. Lalu siapa yang berkepentingan, yang diberi manfaat atas penetapan pahlawan nasional?
Yang butuh adalah kita karena kita butuh inspirasi, kita butuh tauladan, panutan, dan kita butuh pesan yang perlu kita sampaikan kepada keturunan kita. Pengangkatan gelar kepahlawanan adalah sekalius memberi pesan kepada anak cucu kita kelak tentang laku yang perlu diteladani. Lalu apa yang dapat diambil dari diri Gus Dur?
Pertama, tentang kecintaannya terhadap Negara-Bangsa Indonesia. Hal tersebut ia tunjukkan sedari masih muda, kemudian menjadi aktivis kemanusiaan. Yang paling melekat dibenak kita adalah ketika beliau diturunkan sebagai presiden. Kecintaannya kepada negeri ini adalah keikhlasannya lengser dan tanpa pertumpahan darah. Jika beliau mau mempertahankan diri sebagai presiden pada waktu itu tentu saja bisa mengingat pendukungnya sangat banyak, kaum nahdliyin teramat menyayanginya. Beliau pilih mundur daripada terjadi pertumpahan darah. Pada waktu itu Mahfud MD mengaku diutus Gus Dur untuk menengkan massa di daerah-daerah.
Langkah yang sama dilakukan Gus Dur saat ia dijegal tidak dapat mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilu berikutnya. Alasan KPU tidak meloloskan Gus Dur pada waktu itu adalah alasan kesehatan. Pada waktu itu (17-22/5/2004) pendukung fanatik Gus Dur melakukan mogok makan di kantor-kantor KPU untuk memprotes keputusan tersebut. Gus Dur memilih mendatangi para demonstran pendukungnya untuk menghentikan aksi tersebut. Di kantor KPU Jawa Tengah pada 22 Mei 2004 beliau menyulurkan air minum untuk menyudahi aksi mogok makan itu sambil berkata: "Sebagai pemegang ajaran mendiang Mahatma Gandhi dan ajaran Islam, kita harus tekun, sabar, dan pemaaf. Karena itu, penting sekali saya datang dengan beberapa hal yang saya tinggalkan untuk meminta agar Saudara-saudara yang mogok makan berhenti sampai di sini” (SM, 23 Mei 2004).
Kedua, jalan damai. Ia selalu datang dan terlibat menyelesaikan konfilk yang terjadi di Indonesia. Ia adalah membela kaum minoritas, orang-orang yang kalah dan dikalahkan tidak memandang apa suku dan agamanya. Inilah kenapa ia dicintai oleh banyak orang dari berbagai kalangan. Orang Tionghoa bahkan menyebut Gus Dur sebagai bapak Tionghoa Indonesia.
Kehadiran pemikiran Gus Dur perlu diketengahkan kembali disaat orang-orang sedang menggembar-gemborkan Negara Islam, khilafah, mengafir-ngafirkan orang lain. Pada sholawat yang dilantunkan oleh Gus Dur berjudul Sholawat “Syiir tanpo waton”. Dalam siir tersebut dengan jelas beliau mengingatkan: //Akeh kang apal Qur'an haditse//Seneng ngafirke marang liyane//Kafire dewe gag di gatekke//Yen isih kotor ati akale//. Hafal Al Qur’an dan hadits belum tentu hatinya bersih jika ia masih sibuk menunjuk-nujuk kekafiran orang lain dan merasa lebih baik di mata Allah, Kekafiran dirinya sendiri tidak dipikirkan.
Menurut Samud (2011) Abdurrahman Wahid, tentang hubungan Islam dengan negara mempunyai pemikiran bahwa Islam adalah sebauh agama yang sederhana. Ia mengharapkan para penganutnya untuk secara ketat melaksanakan ajaran-ajaran dasar: pengkuan keimanan, shalat, berpuasa selama bulan ramadhan, zakat dan haji bagi mereka yang mampu. Sebagai seorang muslim dituntut untuk berpegang di jalan Allah. Negara Indonesia adalah negara bangsa yang majemuk. Berbagai ras, suku, bahasa, kebudayaan, agama, dan keperyaan hidup di negeri ini. Semboyan “Bhineka Tunggal Ika” merupakan ungkapan tepat untuk menjelaskan realitas sekaligus harapan bangsa ini. Pernyataan Gus Dur yang cukup dikenal adalah: Agama jangan jauh dari kemanusiaan.
Pesan yang ingin diketengahkan dengan menghadirkan Gus Dur sebagai pahlawan nasional adalah pesan cinta kasih, toleransi, dan perdamaian. Pesan yang sangat tepat disaat kondisi bangsa yang selalu gaduh, intoleransi dengan adanya pembakaran masjid, pembakaran gereja. Mengingat Gus Dur dan perjuangannya kita berharap kita akan kembali menjadi orang-orang yang memiliki cinta kasih tersebut. Dan tentu saja pesan tersebut ingin kita sampaikan kepada anak turun kita.
Untuk menutup tulisan ini mari kita simak kutipan pernyataan Gus Dur untuk menunjukkan jiwa besar beliau dan kecintaannya kepada negeri ini: Marilah kita bangun bangsa dan kita hindarkan dari pertikaian yang sering terjadi pada sejarah. Inilah esesnsi tugas kesejahteraan kita, yang tidak boleh kita lupakan sama sekali.
KOMENTAR